Label

Sabtu, 22 Juni 2013

LOMBA FOTOGRAFI


Dalam rangka memperingati HUT Jurusan Antropologi Udayana yang ke-51, kami Kerabat Mahasiswa Antropologi Udayana (KRAMA) menyelenggarakan sebuah lomba fotografi yang bertemakan “Manusia & Kebudayaaan”. Tidak akan ada kebudayaan tanpa manusia dan begitu juga sebaliknya. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkkan. Kebudayaan memiliki wujud fisik yang dapat dilihat secara visual dan dipotret dengan kamera. Oleh karena itu, peserta lomba dituntut untuk mengambil sebuah gambar atau potret seorang manusia atau masyarakat dengan budayanya. Sebagai contoh, potret seorang pria sedang bermain gamelan atau seorang wanita sedang menari Jaipong. Dari contoh tersebut dapat dilihat adanya dua aspek, manusia (pria/wanita) dan kebudayaan (gamelan/tari Jaipong). Apa yang disebut dengan kebudayaan pun sangatlah luas pengertiannya, sehingga peserta lomba memiliki kebebasan dalam berkarya selama tidak melenceng dari tema. 



Adapun syarat dan ketentuan lomba sebagai berikut :
  1. Peserta adalah pelajar SMA atau Mahasiswa Se-Provinsi Bali 
  2. Tema yang digunakan adalah “Manusia & Kebudayaan” 
  3. Setiap peserta boleh mengirim maksimal dua karya 
  4. Saat pengiriman karya, peserta wajib menyertakan biodata diri, nomer telefon/HP, asal sekolah/Universitas, serta deskripsi (caption) singkat tentang karya yang telah dikirim 
  5. Peserta mengirim karya lomba ke e-mail antropologiudayana@gmail.com 
  6. Peserta tidak diperkenankan mengedit foto secara berlebihan 
  7. Biaya pendaftaran sebesar Rp. 50.000 
  8. Uang pendaftaran dapat dibayar ke sekertariat jurusan antropologi unud bagi peserta yang tinggal di daerah denpasar dan sekitarnya. Bagi peserta yang tinggal di luar kota, harap menghubungi panitia terlebih dahulu sebelum mentransfer biaya pendaftaran ke nomer rekening Mandiri a.n. Ida Bagus Abu Bhaskara 1450009902897 
  9.  Batas pengumpulan karya tanggal 7 Juli 2013
  10.  Pemenang akan dihubungi oleh panitia melalui telefon atau email.


Kamis, 25 Oktober 2012

Prinsip Resiprositas dalam Tradisi Nguopin



Oleh: Diah Dharmapatni

Seluruh masyarakat Indonesia tentu mengenal istilah gotong royong. Dalam masyarakat Bali sikap gotong royong tercermin dalam tradisi Nguopin. Tradisi nguopin berarti saling membantu keluarga yang sedang mengadakan kegiatan atau upacara keagamaan. Tradisi saling membantu ini dilakukan oleh kaum wanita dalam suatu lingkungan Banjar. Bantuan yang diberikan berupa tenaga untuk membuat upakara atau banten yang akan digunakan pada saat upacara berlangsung. Seperti upacara perkawinan, upacara potong gigi, odalan di Sanggah/Merajan, dan lain-lain.

Rabu, 22 Agustus 2012

Lebaran “Nyama Selam” Di Pegayaman



Oleh Gede Budarsa (Jurusan Antropologi, Universitas Udayana angkatan 2009)


(suasana malam takbiran di desa Pegayaman)
Nyama Selam, mungkin masih asing di telinga kita. Dua kata tersebut merupakan sebutan bagi mereka umat muslim yang sudah mengintroduksikan budaya Bali dalam kehidupannya. Dalam bahasa Bali, nyama  berarti saudara dan  Selam  berarti Islam. Jadi mereka adalah sudara kita (Orang Bali) yang beragama Islam. Nyama selam saat ini sudah diakui sebagai salah satu etnis yang mendiami pulau seribu Pura ini (sumber: BPSNT BALI, NTB, NTT). Sementara mereka menyebut kita ( Orang Bali yang Beragam Hindu) sebagai  Nyama Bali. Dari penggunaan istilah tersebut jelas bahwa sesungguhnya kita adalah saudara yang mungkin dalam beberapa hal memiliki perbedaan. Yang membedakan jelas adalah Agama.  Kenapa ini bisa terjadi? Sejarahlah jawabannya.

Senin, 20 Agustus 2012

Semiotika Dekonstruktif: 666 dan Lady Gaga


oleh: Bram Setiawan (mahasiswa Antropologi Udayana, tingkat akhir)


I want your horror
I want your design
‘Cause you're a criminal
As long as your mine
I want your love
Love, love, love
I want your love

(Bad Romance, Lady Gaga; 28 Oktober 2009)

Belum lama ini Indonesia sempat dihebohkan dengan akan datang dan digelarnya konser dari seorang penyanyi terkenal bernama Lady Gaga. Walaupun pada akhirnya kedatangannya dibatalkan, karena begitu banyak menuai kontroversi, terutama dari berbagai kalangan ormas berjubah agama. Siapakah sebenarnya Lady Gaga? dan mengapa kedatangannya menuai kontroversi? Penyanyi yang bernama Stefani Joanne Angelina Germanotta ini, lahir di New York, Amerika Serikat, 28 Maret 1986, ia lebih dikenal dengan nama panggungnya Lady Gaga, yang merupakan seorang penyanyi pop Amerika Serikat. Di beberapa negara tidak hanya Indonesia, contohnya seperti Filipina, Korea Selatan juga sempat menolak kedatangan Lady Gaga untuk menggelar konser.

Rabu, 11 Juli 2012

“Pencarian ke dalam Diri”, Meramu Percikan Pemikiran dan Permenungan I Gde Samba




Oleh : Wayan Sunarta *


Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang ditulis dalam bahasa Sanskerta oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Terdiri dari 18 kitab, atau Astadasaparwa, yakni Adiparwa, Sabhaparwa, Wanaparwa, Wirataparwa, Udyogaparwa, Bhismaparwa, Dronaparwa, Karnaparwa, Salyaparwa, Sauptikaparwa, Striparwa, Santiparwa, Anusasanaparwa, Aswamedhikaparwa, Asramawasikaparwa, Mosalaparwa, Mahaprastanikaparwa, Swargarohana parwa. Inti kisah Mahabharata adalah konflik Pandawa dengan sepupunya Korawa dalam memperebutkan hak atas kerajaan Astina, yang mencapai klimaksnya pada peristiwa perang Bharatayudha di Kurusetra, yang berlangsung selama 18 hari.

Joged



Cerpen: Wayan Sunarta


Berita tentang pementasan joged bumbung telah tersebar ke seluruh pelosok Desa Wanagiri. Begitu cepat seperti hembusan angin. Masyarakat di Wanagiri memang selalu haus dengan hiburan. Mereka tidak sabar menunggu pementasan itu. Apalagi sekehe atau grup joged yang pentas berasal dari Desa Tiyingbuluh yang memang terkenal dengan para penarinya yang berani mempertontonkan gerakan-gerakan erotis. Gerakan-gerakan sensual itulah yang sangat digemari para penonton, terutama kaum lelakinya.

Dekonstruksi Kesadaran Indentitas Bali




Oleh I Wayan Suyadnya

Judul Buku:  Bali Antah Berantah: Refleksi di Dunia Hampa Makna Pariwisata
Penulis: I Ngurah Suryawan
Penerbit: Intrans Institute Malang
Tahun Terbit: November 2010
Jumlah halaman: 235 + XVIII

Buku karya I Ngurah Suryawan “Bali Antah Berantah: Refleksi di Dunia Hampa Makna Pariwisata”  adalah sebuah studi refleksi dari kasus-kasus yang terjadi di Bali khususnya dan di tempat lain umumnya. Dalam buku ini, dengan ketajaman naratifnya, Suryawan menguraikan bagaimana masyarakat Bali kian hari demi hari tergusur secara sosial, ekonomi dan kultural dari tanah leluhurnya. Tanah yang dianggap sebagai sebuah bentuk ikatan sosial dan budaya, yang bernilai spritual tergadaikan begitu saja untuk mendukung program pembangunan pariwisata dan pemuasan gaya hidup. Suryawan melukiskan peristiwa ini dengan sebuah dialog bisu antara “I Ketut Pugeg” (gambaran kultural manusia Bali di persimpangan jalan) dengan gemerlapnya dunia pariwisata (h.2-3). Dalam dialog tersebut, buku ini memperlihatkan kepada kita bahwa dalam suatu masyarakat akan selalu ada ruang “abu-abu”.Ruang yang selama ini kurang dipahami oleh orang luar, barangkali pemerintah dan investor pariwisata.